Jakarta,OpsJurnal.Asia-
Agar kualitas Makan Bergizi Gratis (MBG) terjaga, dapur MBG harus memasak memakai air galon dan mulai memasak setelah lewat tengah malam.
Aturan itu akan termaktub dalam Peraturan Presiden (Perpres) Tata Kelola MBG.
Perpres akan merinci tugas Badan Gizi Nasional (BGN) sebagai penyelenggara serta melakukan intervensi jika diperlukan.
Meski Perpres belum diterbitkan, namun berdasarkan informasi pimpinan lembaga resmi, Perpres Tata Kelola MBG itu akan mencakup sejumlah ketentuan teknis.
Hal teknis demi menjaga kualitas MBG itu mulai dari standar makanan yang layak disajikan bagi penerima manfaat, aspek sanitasi dan kebersihan, mekanisme penanganan korban keracunan, hingga penguatan rantai pasok pangan yang semakin besar.Kepala BGN Dadan Hindayana mengatakan Peraturan Presiden tentang Tata Kelola MBG telah selesai disusun dan tinggal menunggu momen penerbitannya."Sudah beres, tinggal dibagikan," kata Dadan saat ditemui usai menghadiri Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (20/10/2025).Lalu, apa saja yang tertuang nantinya dalam Perpres Tata Kelola MBG untuk menekan angka kejadian luar bisa (KLB) keracunan MBG?
Masak Tengah Malam
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S Deyang menuturkan, salah satu perubahan signifikan yang masuk dalam Perpres tersebut adalah larangan bagi dapur memasak sebelum pukul 00.00 atau 12 malam.
Nanik mengatakan, proses masak dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di atas jam 12 malam bakal tertuang secara jelas dalam aturan Perpres Tata Kelola MBG.
"Nanti ini akan masuk dalam Keppres bagian dari tata kelola bahwa tidak boleh memasak makanan di bawah jam 12," kata Nanik, dalam agenda Upaya Meningkatkan Kualitas Gizi Bangsa melalui MBG, di ANTARA Heritage Center, Jakarta Pusat, Kamis (23/10/2025).
"Misalnya dikirim pagi untuk anak-anak TK, itu masak sendiri, kalau dikirim untuk anak-anak SD yang agak siang, nanti dimasak sendiri, itu contoh yang masuk dalam Perpres Tata Kelola MBG," ujar dia.
Dalam rangka memperbaiki tata kelola, BGN juga telah menindak tegas dapur MBG atau SPPG yang tidak menjalankan standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.
"Kita katakan kalau terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan seperti sekarang atau kemarin-kemarin, ya kan kita tindak, kita tutup dapurnya untuk jangka waktu yang sampai selesai kami melakukan evaluasi, barusan berdasarkan data kami, sudah ada 112 SPPG yang ditutup," papar Nanik ditemui usai acara Town Hall Meeting satu tahun Kementerian Koordinator Bidang Pangan di Jakarta, Selasa (21/10/2025).Penggunaan air galon
Soal sanitasi, BGN akan mewajibkan SPPG memasak dengan menggunakan air mineral dalam kemasan galon.
"Kami wajibkan sekarang harus memakai air galon, sementara sebelum mereka mempunyai air yang dipastikan mempunyai kualitas (yang baik)," ucap dia.
Nanik mengakui, ada SPPG yang belum memiliki kualitas air yang layak, sehingga perlu dilakukan langkah antisipasi dengan aturan penggunaan air galon itu.
Sebab, sejumlah kasus keracunan MBG, beberapa di antaranya dipicu oleh kualitas air yang digunakan dalam proses masak.
"Jadi berbagai cara, langkah, kami lakukan mudah-mudahan itu bisa mengurangi (kasus keracunan MBG)," ucap dia.
Kepala BGN Dadan Hindayana mengatakan, air yang dipakai untuk memasak Makan Bergizi Gratis (MBG) harus air galon atau air yang melalui proses sertifikasi guna mencegah potensi terjadinya pencemaran terhadap menu masakan yang akan dikonsumsi anak sekolah.
"Air yang digunakan pada masak makan bergizi itu harus air yang bersertifikat atau boleh dikatakan air galonan atau isi ulang yang memang sudah melalui proses sertifikasi untuk menghasilkannya," kata Dadan, di Kompleks Istana, Jakarta, Senin (20/10/2025).
Sebab, menurut Dadan, banyak kasus terkait gangguan pencernaan disebabkan oleh kualitas air yang buruk.
Juknis baru
BGN tengah menyiapkan petunjuk teknis baru yang mengatur tahapan kapasitas masak dapur MBG.
Nanik menyadari kemungkinan makanan basi akan cepat terjadi jika SPPG memproduksi makanan dalam jumlah banyak.
"Soal kapasitas masak. Itu di juknis yang baru, itu untuk tahap pertama, mereka ini misalnya ada SPPG yang beroperasi," kata Nanik.
Lebih lanjut, Nanik menjelaskan bahwa dapur MBG akan memproduksi 500 hingga 1.000 porsi paket makan bergizi gratis pada tahap awal.
Tahap awal tersebut akan menjadi latihan dan berlaku selama sebulan untuk dievaluasi.
"Nah bagaimana mereka kemudian dalam satu bulan tuh kemampuannya, nah akhirnya mereka kemudian dalam satu bulan tuh kemampuannya gimana," ucapnya.
Juknis itu telah dihitung secara matang oleh BGN. Setelah melalui proses evaluasi, porsi masak akan ditambah 2.500 sampai 3.000."Karena berdasarkan nanti batch (tahap) 1, kan, ada sekolah yang jam 7, ada yang minta nanti jam 9, ada yang minta jam 12. Jadi, dimasak bertahap. Sehingga itu memungkinkan, masih bisa kapasitas itu," tuturnya.
"Jadi, kalau satu kali (langsung masak banyak) itu memang berat dan juga berpotensi juga mungkin makanannya akan berkeringat atau makanannya malah cepat basi," sambung dia.